wahai angin…
bolehkah kutitipkan sepotong rindu untuk Ayah?
bolehkah aku sejenak memejamkan mata sekedar mengukir senyumannya?
senyum tulus yang selalu ia berikan pada puteri satu – satunya
segala memori tentangnya berperang didalam benak ini
aku ingin segera berhambur kedalam pelukannya
ayah…..
menjadi dewasa tak seindah yang terbayang
inginku menjadi puteri kecilmu lagi
yang selalu kau lindungi dari kerasnya dunia
kini puterimu telah dewasa
telah menemukan kehidupan barunya
melawan kerasnya takdir
harus berdamai dengan hati yang berkecamuk
entah berapa ribu derai air mata yang terjatuh
ternyata bahumu sanggup menenangkanku
kini aku menyadari wahai ayah
kau telah melawan kerasnya dunia lebih dari ini
satu memori yang tak pernah terlupa dalam benakku ayah…
kala hujan di sore itu
engkau rela menjemput puteri pulang mengaji
engkau rela derasnyaa air hujan membasahi tubuhmu
dan engkau menggendong puteri kecilmu diatas punggung kokohmu
ayah…
maafkan puterimu yang belum bisa memberikanmu kebahagiaan
semoga Tuhan selalu menyayangimu…
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.