cara mendapatkan uang dari menulis artikel
Cari arti kata KBBI?
1-9 A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Suka menulis?
Mau menulis menghasilkan uang?
Silahkan menulis di tulisIN klik disini.
Salam #MasBro #MbakBro
Faktanya, menggunakan content marketing bisa mendapatkan konversi dan penjualan 6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak.
Konten bukan hanya digunakan sebagai hiburan, panduan, maupun informasi. Konten yang bagus itu bisa menjadi faktor utama penjualan.
Bila dimanfaatkan dengan benar sebagai media pemasaran, maka penjualan bisa meningkat dengan drastis.
Tapi semuanya masih belum pasti. Pada praktek nyata, masih banyak yang tidak merasakan manfaatnya.
Sudah membuat banyak konten, pengunjung sudah berdatangan, tapi angka penjualan tetap tida naik. Hal ini masih sering terjadi.
Bukan masalah sistem, konten yang menjadi pengaruh untuk ini.
Karena kontenmu tidak mampu menjual.
Cara Mendapatkan Uang Dari Menulis Artikel dengan Perhatiin 7++ Hal Konten Ini
Dalam artikel ini, kamu akan mempelajari kenapa orang-orang tidak membeli darimu dan bagaimana cara menciptakan konten yang bisa menjual.
Mengapa mereka tidak membeli dari anda?
Tentu ada berbagai alasan.
Mari kita bahas beberapa di antaranya tanpa melihat apakah produk/jasa yang dijual sudah layak atau belum. Dan hanya dari segi konten saja.
Ini penting. Untuk membuat konten yang bisa meningkatkan penjualan, kamu harus sangat memahami apa yang membuat pengunjung website memutuskan utnuk membeli atau tidak.
3 hal ini adalah alasan utamanya, ketiganya merupakan halangan yang harus kamu hancurkan satu per satu sebelum pengunjung berubah menjadi kustomer.
1. Karena belum percaya
Online maupun offline, orang tidak akan membeli dari penjual yang tidak bisa dipercaya.
Namun ada perbedaanya. Ketika offline, kita bisa melihat secara langsung. Penjual memiliki toko fisik dan dia bisa langsung memperlihatkan apa yang mereka jual.
Namun berbeda dengan online. Semua bisa membuat website, bahkan penipu.
Tapi itu masih mejadi hal sepele. Meyakinkan bahwa kita bukanlah penupu itu mudah.
Namun, meskipun kamu sudah dirasa bukan penipu mereka tetap belum tentu mau membeli. Kamu harus bisa mendapatkan kepercayaan sebagai yang terbaik.
Jadi, 2 tahap.
Karena itu, untuk mendapat kepercayaan dari orang lain kamu masih butuh usaha ekstra dibandingkan melakukan penjualan offline. Untungnya, content marketing bisa menjadi solusi.
2. Tidak tepat sasaran
Ini menjadi salah satu alasan yang sering dilakukan oleh praktisi digital marketing.
Seperti yang dulu dialami oleh Groove.
Groove merupakan sebuah software help desk. Jadi seharusnya target pasar mereka adalah para pengusaha yang memiliki masalah dengan urusan customer service.
Namun blog mereka dulunya hanya membahas mengenai perkembangan bisnis.
Meskipun sama-sama mengenai bisnis, orang mencari informasi pengembangan bisnis tidak membutuhkan software mereka.
Padahal, kualitas dari konten yang mereka buat juga luar biasa.
Maka dari itu, mereka kemudian membuat kategori yang khusus untuk membahas customer service.
Setelah diluncurkannya blog ini, konversi mereka meningkat drastis. Pendapatan untuk setiap konten yang diterbitkan di blog mencapai angka $1,657.25.
3. Pengunjung masih dalam kondisi pasif
Benda dalam keadaan diam akan tetap diam, kecuali ada gaya yang mengubahnya.
Itu sebagian dari bunyi hukum 1 Newton.
Menariknya, manusia pun seperti itu.
Ketika dalam kondisi pasif, kita akan terus pasif…sampai ada sesuatu yang membuat kita aktif.
Orang-orang yang sedang browsing di internet otaknya dalam kondisi pasif. Baca artikel, lihat gambar, nonton video, buka tab baru – lalu ditutup.
Tidak bergerak.
Jadi, konten yang kita buat harus mampu membuat mereka bergerak.
Kalau tidak maka mereka akan tetap pasif.
Membuat konten yang mampu menjual
Terdapat 2 fungsi utama konten dalam pemasaran online.
- Mendatangkan pengunjung dan;
- Meningkatkan penjulan.
Yang pertama masih mudah. Asalkan kontennya menarik, pengunjung akan datang setelah konten dipromosikan.
Tapi, untuk yang kedua membutuhkan perhatian ekstra.
Dalam penjualan online, kita perlu melewati 3 hambatan yang disebutkan sebelumya. Karena yang hanya menarik saja belum tentu bisa meningkatkan penjualan.
Berikutlah beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Sediakan konten untuk setiap tahap dalam sales funnel
Sales funnel atau disebut juga marketing funnel merupakan tahapan yang dilalui oleh setiap orang sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian.
Mari kita lihat kembali gambar marketing funnel:
Jika kamu mencari lewat internat, setiap website akan menampilkan gambar sales funnel yang berbeda-beda. Meskipun begitu, tetap memiliki inti yang sama.
Umumnya, ada 3 bagian:
- TOFU (Top of the funnel): Awareness
- MOFU (Middle of the funnel): Consideration/Evaluation
- BOFU (Bottom of the funnel): Purchase
Bagian atas, tengah, dan bawah.
Sebelum memutuskan untuk membeli, semua orang akan melewati beberapa bagian ini.
Pertama, mereka akan sadar dengan permasalahannya. Kemudian menimbang-nimbang pilihna yang ada. Lalu akhirnya, akan memutuskan untuk membeli.
Ingat, konten untuk setiap bagian tidaklah sama.
2 hal yang sering terjadi, yaitu terlalu fokus di funnel atas atau hanya membuat konten untuk funnel bawah.
Lalu akibatnya…
1. Fokus di TOFU – traffic jadi banyak tapi tidak mampu menjual
2. Fokus di BOFU – susah mendapatkan traffic dan pembaca yang loyal
Oleh karena itu harus ada keseimbangan.
Untuk memahami konten apa yang harus disediakan untuk tiap bagian, ini penjelasan singkatnya:
TOFU – bagian atas funnel
Konten di bagian ini merupakan konten yang bisa dinikmati masyarakat luas. Karena tujuaanya adalah mendatangnya traffic.
Konten untuk bagian ini tidak mengenai kelebihan atau kekurangan produk yang kamu jual, bukan membahas dan mempromosikan produk.
Kamu bisa memberi konten mengenai panduan atau tips.
Contoh lain, kalau kamu menjual rumah.
Konten TOFU berisikan panduan membeli rumah yang tepat, memilih lokasi yangpas, desain rumah, dan sebagainya. Konten yang kemungkinan dicari oleh yang ingin membeli rumah.
Sekali lagi, konten TOFU harus bisa dinikmati oleh siapapun bahkan yang tidak bertjuan untuk membeli.
MOFU – bagian tengah funnel
Pada tahap ini, calon pembeli sedang berada dalam proses untuk membandingkan antara solusi satu dan solusi lainnya terhadap masalah mereka.
Maka topic untuk konten MOFU memiliki isi yang lebih mendalam.
Tujuan utama kita dalam tahap ini adalah memperkenalkan bahwa ada solusi yang lebih mudah untuk menyelesaikan masalah mereka, dan kamulah solusi yang mereka butuhkan.
Seperti contohnya, untuk menurunkan berat badan, mereka tidak perlu olahraga berjam-jam atau diet ketat. Prosesnya lebih mudah dengan produk yang kita jual.
Jadi, kita memperkenalkan suatu nilai tambah.
Tunjukkan bahwa yang kamu tawarkan memiliki nilai tambah bagi mereka jika dibandingkan dengan metode atau solusi yang lain.
Supaya lebih jelas, ini beberapa contoh jenis kontennya:
- Studi kasus dari mereka yang sudah menggunakan produk/jasa anda
- Statistik/data/fakta
- Perbandingan, kelebihan dan kekurangan
- FAQ, pertanyaan yang sering diajukan
- Video demo produk
- Review/testimonial
- Buyer’s guide – panduan dalam memilih produk yang tepat
Ini hanya beberapa, dan tidak semuanya bisa diaplikasikan pada setiap jenis bisnis.
Konten untuk MOFU bersifat edukatif dan persuasif.
BOFU – bagian bawah funnel
Tahap terakhir adalah ketika seseorang sudah siap melakukan pembelian.
Mereka sudah dalam keadaan teredukasi dengan masalah yang ada dan mereka sudah mendapat solusi yang tepat. Mereka sudah tertarik dengan yang kamu tawarkan.
Namun, masih ada 1 hambatan lagi yang menghalangi mereka untuk melakukan pembelian. Yaitu rasa takut atau ketidakpastian.
Karena itulah konten BOFU 100% bersifat persuasif, contohnya:
- Konsultasi gratis
- Trial/demo/sampel
- Cara melakukan pembelian
- Diskon atau bonus
- Jaminan/garansi
Tujuan akhirnya adalah perasaan yakin.
Mau cara mendapatkan uang dari menulis artikel?
Menulis disini aja.
tulisIN karya yang kita sukai dan bermanfaat buat orang lain.
Buat karyamu sendiri dengan menulis.
Yuk mulai #hidupdariKARYA.
2. Identifikasi permasalahan yang nyata untuk diselesaikan
Sebagus apapun kontennya akan percuma saja kalau isinya tidak menyelesaikan permasalahan dari pembaca hingga tuntas.
Perlu kita ingat kembali, apa yang membuat seseorang ingin melakukan pembelian?
Karena merea memiliki masalah.
Ini yang terpenting, melakukan pembelian itu menjadi opsi terakhit. Kalau mereka tidak bisa menyelesaikan permasalahan sendiri.
Artinya, kamu tidak akan bisa mempengaruhi orang lain untuk membeli kalau belum apa-apa sudah menyuruh mereka mengeluarkan uang untuk membeli. Terutama jika masyarakat umum belum teredukasi dengan bisnismu.
Misalnya kita menjual air alkali. Katanya, air ini bisa jadi antioksidan, untuk detoks, untuk awet muda, dan lainnya.
Tapi sebagian besar masyarakat belum tahu tentang produk ini.
Nah, kalau kamu menjual produk ini secara online, kamu akan membuat konten mengenai:
- Pengertian & manfaat produk, jenis-jenisnya, proses pembuatan, dsb., atau
- Cara mencegah kanker, membersihkan racun tubuh, cara menjadi awet muda, dll.
Memang dengan membuat konten yang pertama kita tetap bisa mendapat pengunjung berupa orang yang siap membeli produk tersebut. Namun, jumlahnya sedikit.
Karena masih banyak yang tidak tahu dan pahan mengenai produk tersebut. Jadi sebagian besar akan tetap kurang peduli ketika membaca konten seperti itu.
Bandingkan dengan yang kedua. Jauh lebih banyak yang membutuhkan konten seperti itu.
Meskipun mereka masih belum tahu mengenai produk tersebut, tapi dengan konten tersebut kamu bisa memperkenalkannya sebagai solusi.
Karena membutuhkan solusi dari masalah yang mereka miliki.
Itu sebabnya konten TOFU harus menyelesaikan permasalahan yang nyata.
3. Perhatikan relevansi antara konten dengan produk/jasa yang dijual
Permasalahan ini sama seperti yang dihadapi Groove.
Pada awalnya konten mereka tidak bisa memberi hasil positif karena apa yang dibahas dalam konten tidak relevan dengan apa yang dijual.
Ini pertanyaan salah satu pembaca PIM:
Jika menjual peralatan kantor, namun konten yang diterbitkan malah mengenai traveling. Apakah hasilnya akan sama?
Tentu saja berbeda.
Begini, kita ingin mendatangkan pengunjung yang bukan sembarang pengunjung. Kita ingin mendatangkan mereka yang memiliki permasalahan yang relevan dengan apa yang kita tawarkan.
Kalau menyediakan konten traveling, maka orang yang datang adalah orang yang membutuhkan jasa traveling, bukan yang membutuhkan perlengkapan kantor.
Masuk akal kan?
Konten dalam pemasaran konten bukan karena “sekedar ada”, namun harus diarahkan ke tujuan utama. Bisa untuk penjualan atau yang lainnya.
Solusinya: buat buyer persona
Berikut ini solusi untuk permasalahan nomor 2 dan 3 di atas.
Agar konten yang dibuat bisa menyelesaikan permasalahan, juga agar konten tersebut tepat sasaran kepada orang yang berpotensi membeli dari kita.
Memang apa sih buyer persona?
Buyer persona merupakan gambaran ideal dari pembeli ideal kita. Orang seperti apa yang memiliki potensi untuk membeli produkmu.
Contohnya, kamu menjual perlengkapan kantor, maka salah saru buyer persona-nya adalah pengusaha baru yang baru membuka kantor.
Namun, tidak berhenti di situ. Kita masih perlu menganalisa lebih lanjut mengenai profil mereka, permasalahan mereka, dan lain-lain.
Akhirnya konten yang dibuat harus fokus dengan permasalahan yang dihadapi oleh buyer persona-mu. Dengan begitu pemasaran dan penjualan jadi tepat sasaran.
4. Buat konten praktis, konten yang mudah dipraktekkan
Bayangkan, kamu sedang berbelanja di suatu swalayan. Kemudian seorang sales menawarkan suatu makanan beku. Sales tadi mempraktekkan betapa mudah proses memasaknya, kemudian kamu dipersilahkan untuk mencoba.
Pasti akan muncul keinginan untuk membeli. Hal ini terjadi karena kita sudah ditunjukkan “benefit” yang akan kita terima.
Kira-kira seperti itu kalau offline.
Yang menjadi masalah, ketika mereka membeli secara online, kamu tidak bisa mempraktekkan langsung. Kecuali kamu bisa memberi trial atau demo kepada calon pembeli
Karena itulah kita butuh konten praktis ini.
Yang artinya, konten berupa panduan yang bisa dipraktekkan pembaca dan langsung memberi manfaat positif untuk mereka.
Jenis terbaik untuk tujuan ini adalah panduan, bukan informasi atau berita. Bukan sekedar bacaan.
Konten semacam itu bisa menyelesaikan 2 masalah sekaligus.
Pertama, mereka akan bergerak, yang sebelumnya pasif menjadi aktif.
Masih ingat 3 alasan mengapa seseorang tidak membeli? Terutama yang ketiga.
Orang-orang di internet biasanya masih dalam keadan pasif. Maka dari itu mereka tidak langsung membeli ketika ditawarkan suatu produk atau jasa.
Ketika selesai membaca konten, mereka masih pasif.
Konten praktis bisa menjadi penggerak.
Mereka tidak menganggap konten hanya sebagai konten, karena mereka bisa melakukan sesuatu setelahnya.
Masih ada yang lebih penting. Bila kontenmu bisa langsung memberi manfaat bagi yang membaca, maka dalam sekejap kamu bisa menjadi sosok dipercaya.
Misalnya orang membaca panduan marketing saya merasa bahwa konten saya bermanfaat, mereka akan menganggap saya sebagai ahli marketing. Makas bila saya membuka jasa untuk marketing, orang akan lebih percaya untuk membeli.
Jadi ketika membuat konten jangan hanya menjelaskan ‘apa’, jelaskan juga dengan ‘bagaimana’.
5. Berikan sesuatu yang ditukar dengan sesuatu
Bahasanya memang membingungkan. Perlu lebih dulu saya jelaskan mengenai latar belakangnya.
Dr. Robert Cialdini, seorang pakar psikologi dan marketing, menyebutkan ada 6 prinsip yang bisa digunakan untuk mempengaruhi orang lain agar mengambil tindakan dalam bukunya “Influence: The Psychology of Persuasion”.
Untuk lebih lanjut mengenai keenam prinsip tersebut bisa dibaca di PDF gratis ini (2 MB).
Prinsip ini sering diaplikasikan oleh orang sales dan marketing. 2 di antaranya akan kita coba manfaatkan.
Yang pertama adalah Commitment & Consistency.
Intinya, orang akan lebih mungkin melakukan komitmen yang besat jika mereka sudah setuju dengan komitmen yang lebih kecil.
Mengeluarkan uang dan melakukan pembelian merupakan komitmen besar.
Padahal kita ingin menjual dengan konten. Membaca konten dari sebuah website itu tidak membutuhkan komitmen, betul? Mereka tidak membutuhkan usaha apapun.
Jadi ada gap besar di sini.
Antara konten yang tidak membutuhkan komitmen dengan pembelian yang membutuhkan komitmen besar.
Maka dari itu, sekedar konten belum cukup untuk mempengaruhi mereka untuk membeli. Kita masih membutuhkan sesuatu di antaranya.
Contoh komitmen kecilnya bisa salah satu dari:
- Mendaftarkan email
- Memberikan nomor telepon
- Membuat akun gratis
Atau lainnya, tergantung dengan jenis bisnis milikmu.
Tapi bagaimana cara agar mereka rela membeli salah satunya?
Untuk itu kita manfaatkan sati lagi prinsip persuasi.
Reciprocity (timbal-balik).
Orang akan cenderung memberi sesuatu kepada kita apabila kita sudah memberi sesuatu kepada mereka. Contohnya, ketika kita menolong seseorang mereka kemudian akan merasa memiliki kewajiban untuk balas budi.
Maka dari itu kita yang harus memberikan sesuatu untuk mereka duluan.
Misalnya:
- Ebook
- Diskon
- Demo/trial/sampel
Sebagai gantinya, akan lebih memungkinkan untuk mereka memberikan komitmen kecil tadi kepadamu.
Contoh penerapannya bisa dilihat di bawah ini.
Saya menaruh form pendaftaran email di beberapa tempat. Kamu juga pasti sudah melihat beberapa di antaranya.
Salah satu jenisnya adalah layar popup, ini rasio konversinya:
Antara 4.39% sampai 8.94%.
Memang tidak terlalu jelek, kemudian mari kita lihat 1 jenis lagi:
Di sini saya menjanjikan file bonus ketika pembaca memasukkan alamat emailnya. Rasio konversinya seperti ini:
Dari 5% sampai 15%. Hampir 2x lipat.
Orang akan lebih cenderung rela memberikan sesuatu jika kita sudah memberika sesuatu untuk mereka.
6. Lakukan email marketing
Ini untuk lanjutan nomor 5 di atas.
Kita sudah mendapat sesuatu dari mereka. Seperti Email, nomor telepon, PIN BBM, username LINE, atau apapun untuk menghubungi mereka.
Jadi bisa lebih dari email, namun memang email menjadi yang paling praktis.
Yang penting kita harus memiliki kontak untuk menjangkau mereka.
Tentu tidak berhenti di sana. Percuma saja jika sudah mendapat kontak tapi tidak ditindaklanjuti.
Namun tidak semudah itu, setelah mendapat email kita tidak langsung melakukan spamming penjualan begitu saja menuju inbox mereka.
Inilah kesalahan yang paling umum:
- Memberikan gratisan ditukar email atau kontak lain
- Kemudian punya 1000an email list
- Dikirimkan “email blast” yang menawarkan produk
- Report as spam…tamat
Kesalahan fatal.
Kalau kamu ingin bisa berhasil menjual secara online, kamu harus mengurangi proses menjual. Tidak ada yang suk dengan orang yang menyuruh mereka membuka dompet kecuali mereka sendiri yang siap membeli.
Maka dari itu, tugas utamamu adalah mengkondisikan mereka agar siap membeli.
Bagaimana?
Sebelumnya kita sudah membahas sales funnel, yaitu ada TOFU, MOFU, BOFU.
Konten yang diterbitkan di website sebagian besar merupaka TOFU, dengan tujuan untuk mendatangkan traffic. Sedangkan dalam email marketing, kita memberikan audiens konten MOFU dan BOFU.
7. Lakukan analisa konten
Kalau kamu sudah memiliki konten. Apakah konten tersebut sudah berhasil menghasilkan penjualan? Apakah kontennya sia-sia? Atai malah beraktibat buruk?
Tidak mungkin kita tahu jika tidak melakukan analisa. Bukan dengan asumsi, kita membutuhkan data yang nyata.
Maka dari itu, kita perlu melakukan analis konten.
Pastikan konten mana yang memberikan hasil terbaik, yang mana yang percuma, dan mana yang menurunkan hasil. Kemudian kamu akan tahu konten seperti apa yang harus kamu buat untuk kedepannya.
Karena topik ini sendiri cukup panjang untuk dibahas, silahkan baca panduan analisa konten.
Mulai dari mana?
Itulah tujuh hal yang perlu kamu perhatikan untuk membuat konten yang berpotensi untuk menjual juga dengan contoh prosesnya.
Kalau sudah membaca hingga titik ini, berarti kamu:
- Belum punya konten, baru ingin mulai
- Sudah punya konten tetapi belum efektif
Untuk tipe ke-2, silahkan lakukan analisa terhadap konten yang sudah ada, kemudian hilangkan semua konten yang kinerjanya buruk. Tapi tidak perlu dihapus kalau anda tidak rela.
Setelah itu, termasuk bagi anda yang tipe-1, silahkan mulai dari:
Tahap 1: Buat konten praktis. Gunakan metode KTP sebagai panduan kalau anda ingin membuat konten yang berkualitas. Baca juga panduan memilih topik konten ini.
Pastikan konten tersebut ada di TOFU (bagian atas funnel).
Tahap 2: Sediakan “sesuatu” yang bisa anda berikan kepada pembaca konten untuk mendapatkan email mereka. Baca panduan list building ini.
Tahap 3: Promosikan konten praktis yang barusan dibuat.
Tahap 4: Setelah punya traffic dan email list, mulai dorong ke arah pembelian dengan mempromosikan konten MOFU dan BOFU (bagian tengah dan bawah funnel) kepada mereka.
Setelah itu lakukan analisa, konten mana yang tidak memberikan hasil positif.
Terakhir, sebagai tambahan, pelajari teknik Copywriting untuk mengetahui bagaimana membuat tulisan yang mampu menjual.
Disclaimer: Mengenai air alkali, dalam artikel ini saya bukan ingin merekomendasikan produk tersebut kepada anda. Informasi tersebut dikutip dari website lain dan bukan melalui pengalaman pribadi. Penyebutan jenis produk dan merek hanya murni untuk contoh.
Punya cerita tentang pengalaman menulis?
Silahkan komen dibawah ya.
Apapun mesin pencarinya.
kekitaan sumbernya.
Semoga bermanfaat.
Seneng bisa berbagi.
pasangIN iklanmu di sini!
GRATIS iklan pertama.
Bonus review produk untuk 27 pengiklan pertama.
Terimakasih
. panduanim.com. 7 Hal yang Harus Diperhatikan untuk Membuat Konten yang Mampu Meningkatkan Penjualan dibuka pukul 14.34 WIB pada hari Rabu tanggal 05 Desember 2021
karya penulis tulisIN
Yuk mulai #hidupdariKARYA
Kata kunci lain yang sering dicari …
tulisIN, Januari 2022, Januari, 2022,
Cara Mendapatkan Uang Dari Menulis Artikel,
mulai tulisIN
Bergabung
Daftar & konfirmasi untuk mulai menulis.
Berkarya
Tulis tema bebas ato pilih yang disediain.
Berbagi
Bagiin karyamu untuk semakin menghasilkan.
mulai tulisIN
Ratusan Ribu++ Pemirsa
tulisIN adalah media menulis asli Indonesia yang siap bersaing global dengan ribuan penulis yang udah berkarya.
Siapapun Bisa Gabung
Menulis lewat hape ato laptop bisa. Siapapun, kapanpun, dimanapun silahkan buat karya aja.
tulisIN Apapun Bisa Terbit
Menulis lewat hape ato laptop bisa. Siapapun, kapanpun, dimanapun silahkan buat karya aja.
Cairin Hasil Kapan Aja
maksimalin karyamu dengan sebarIN. Ga perlu nunggu lama bisa cairin uang buat keperluan #MasBro #MbakBro.
Media Belajar ajarIN
Asah kemampuan digital dengan ajarIN. Mulai dari belajar iklan, konten, media sosial, SEO, dan website.
sebarIN karyamu!!!
Pertama, baca ulang karyamu.
Lalu sebarIN ke temen dan keluarga khususnya media sosial…
Dan… ikuti panduan buat maksimalin.
FAQ hidup dari KARYA?
Apa itu #hidupdariKARYA?
Setuju ga sih kalo karya selesaiin masalah?
Dengan berkarya kita bisa selesaiin masalah disekitar kita. Pada saat bersamaan kita menghasilkan lewat karya kita. Dalam hal ini, kita mulai tulisan. Kami berharap kedepannya kreator bisa hidup 100% dari karya nya.
Selengkapnya…
#GimanaCara mulai Menulis Dapat Uang?
Silahkan klik link ini dan konfirmasi akunmu.
Aku udah daftar nih tapi kok belum ada diverifikasi ya?
Kita perlu waktu agar bisa menjangkau semua kreator. Silahkan konfirmasi ulang dengan klik link ini.
#GimanaCara aku bisa menghasilkan uang dengan karya ku?
- Berkaryalah rutin.
Fokus aja berkarya, pemasaran serahin sama kita.
Ada yang berkarya harian, mingguan, dan bulanan. - Berkarya sebanyak mungkin dengan kualitas sebaik mungkin.
Karna besarnya penghasilanmu tergantung karyamu. - Kenali pemirsa (viewers)
Membuat sesuatu yang kita suka dan bisa itu bagus.
Tapi perhatiin penikmat kontenmu
Masih ada pertanyaan lain?
Silahkan komentarIN dibawah.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.