Pastinya udah banyak yang taukan peristiwa tenggelamnya kapal selam milik TNI angkatan laut KRI Nanggala-402?
Di juluki monster laut KRI Nanggala-402. Buatan Jerman. Kapal selam itu diproduksi tahun 1978 di galangan Howaldtswerke-Deutsche Werft di Kiel, dipesan Indonesia tahun 1979 dan diserahkan kepada Indonesia Oktober 1981 di Jerman. Yang sekarang berusia 40 tahun. Kapal ini merupakan salah satu kapal selam kebanggana Indonesia. Dan kapal ini pernah menjalankan misi ketika terjadi sengketa ambalat.
Indonesia dilanda berita duka. Sebanyak 53 orang awak KRI Nanggala-402 yang hilang sejak Rabu (21/4/2021) telah gugur. Kapal selam yang membawa mereka ditemukan terpecah menjadi tiga bagian di kedalaman 838 meter perairan Bali.
Kabar yang begitu membuat masyarakat terpukul ini ditanggapi dengan berbeda oleh sebagian orang. Melalui media sosial, mereka justru bertanya-tanya kenapa awak KRI Nanggala-402 tidak segera keluar kapal dan berenang untuk menyelamatkan dirinya. Bahkan ada pula orang yang justru menyalahkan mereka.
Padahal secara ilmiah, keluar dari kapal selam yang tenggelam tidak semudah ketikan jari warganet. Hal ini bahkan nyaris mustahil dilakukan ketika kapal berada di laut yang sangat dalam. Kenapa bisa seperti itu? Berikut penjelasannya, baca sampai akhir, ya!
1. Kapal selam tidak memiliki pintu darurat yang bisa dibuka dengan mudah
Untuk memahami masalah ini secara lebih lengkap, coba bayangkan dirimu menjadi awak kapal selam yang kini berada di kedalaman lebih dari 800 meter. Pertama, kapal selam memang memiliki pintu darurat. Namun tak seperti di kendaraan lain, pintu tersebut tidak bisa dibuka dengan mudah. Ada banyak kunci dan sistem yang menyertainya agar air yang menyelubungi kapal tidak masuk ke dalam.
Bukan hanya itu, pintu tersebut juga tidak disarankan untuk dibuka ketika berada laut dalam. Sebab, air akan langsung membanjiri kapal dalam waktu singkat. Tekanannya yang begitu besar akan membuat para kru kewalahan. Ketika ini terjadi, seluruh bagian kapal akan benar-benar tenggelam. Selain itu, masih banyak dampak lain dari membuka pintu kapal, akan dijelaskan di poin keempat.
Sederhananya, bayangkan saja kamu membawa botol kosong saat berenang. Lalu bukalah tutupnya ketika botol itu di dalam air. Seketika, air langsung menyeruak masuk, kan? Seperti itulah hal pertama yang akan terjadi ketika pintu kapal selam dibuka tanpa pertimbangan.
2. Di sisi lain, kapal selam memiliki alat penyelamatan diri
Sebagai gantinya, menurut laman San Francisco Maritime National Park Association, kapal selam dilengkapi dengan escape trunk atau ruang untuk menyelamatkan diri. Biasanya area tersebut menjadi satu dengan kompartemen torpedo di bagian depan kapal.
Biasanya, ruang tersebut dipakai sebagai upaya penyelamatan ketika kapal kemasukan air. Kru harus menggunakan baju dan peralatan khusus sebelum memakainya agar bisa bernapas, tidak tenggelam, dan tidak mengalami hipotermia.
Escape trunk memang tersedia, tetapi ia tidak mudah untuk digunakan. Butuh waktu yang lama dan prosedur yang rumit untuk memastikannya benar-benar bekerja. Dilansir Science Focus, sembari menyetel semua peralatan di escape trunk, kru harus bisa bertahan dari air yang mulai menenggelamkan kapal, api, gas beracun, karbon dioksida, serta radiasi dari mesin.
Walaupun rumit, awak kapal selam tentu mengerti betul cara penyelamatan diri ini. Namun pertanyaan berikutnya, kenapa tidak berhasil atau mungkin metode tersebut tidak dilakukan? Masalah lain yang dihadapi para awak kapal adalah mereka terperangkap di area laut yang begitu dalam. Hal inilah yang memegang peran besar dalam keselamatan awak kapal selam.
3. Masalahnya, KRI Nanggala-402 berada di kedalaman yang setinggi menara Burj Khalifa
Mari kita mengingat fakta-fakta tenggelamnya KRI Nanggala-402. Ketiga bagian kapal selam yang hancur ditemukan di laut kedalaman 838 meter. Sedalam apakah itu?
Seperti yang sudah beredar di media sosial, 838 meter bisa disepadankan dengan tinggi Burj Khalifa di Dubai. Menara tertinggi di dunia itu memiliki tinggi 828 meter. Artinya, KRI Nanggala-402 dan awaknya terperangkap di laut yang tak terbayangkan dalamnya.
Kondisi air di area tersebut berbeda dengan yang biasa kamu alami di kolam renang atau laut dangkal, lho. Dimulai dari yang paling sepele, laut dengan kedalaman 838 meter sangatlah gelap, tidak ada cahaya yang bisa menembusnya. Karena itu, air di sana pun sangat dingin hingga bisa membuat manusia mengalami hipotermia.
Namun sebenarnya bukan itu yang bisa membunuh kita. Keselamatan manusia terancam oleh tekanan hidrostatis air yang begitu kuat. Seperti yang sudah diajarkan pada ilmu fisika, semakin dalam air semakin kuat pula tekanannya. Lalu seperti apa kondisi di kedalaman 838 meter?
4. Menurut teori ilmiah, manusia tak akan bisa selamat jika berada di kedalaman 838 meter
Manusia sebagai makhluk yang tinggal di darat biasa menerima tekanan hidrostatis sebesar 1 atmosfer (atm) atau 760 mmHg. Menurut penjelasan modul Exploring Our Fluid Earth, tekanan tersebut bertambah 1 atm setiap kita turun 10 meter ke dalam laut. Artinya, pada kedalaman 838 meter, tekanan tersebut kurang lebih sebesar 83,8 atm. Kondisi ini jauh melebihi kapasitas tubuh manusia yang hanya bisa bertahan pada tekanan 3-4 atm.
Lebih lanjut, IDN Times menghubungi Khusnul Khotimah, Fisikawan Medik lulusan profesi dari Universitas Indonesia untuk menjelaskan seperti apa tekanan air laut di kedalaman 838 meter. Sebelumnya, Khusnul mendalami ilmu Fisika Murni di Universitas Airlangga sehingga ia memahami konsep fisika dasar tentang hal ini.
Ia mengalkulasi dan menemukan bahwa tekanan air laut di kedalaman 838 meter sama dengan 8.631.400 Pascal. Jika dikonversikan menjadi mmHg, angka tersebut menjadi 64.735 mmHg. Ini 539 kali lipat lebih besar daripada tekanan darah normal manusia. Lalu apa implikasi angka-angka ini terhadap awak kapal selam KRI Nanggala-402?
Jika awak KRI Nanggala-402 memutuskan untuk keluar kapal, apa yang terjadi?
Jika awak KRI Nanggala-402 memutuskan untuk keluar kapal selam seperti yang ditanyakan oleh warganet, ada beberapa bahaya yang mengintai. Berada di lingkungan dengan tekanan ratusan kali lipat dari normal itu, pembuluh darah kita akan menyempit hingga pecah.
Khusnul menjelaskan bahwa ini semua berkaitan dengan hukum Pascal, tekanan udara akan mengalir dari yang area yang bertekanan tinggi ke rendah.
“Tekanan udara di darat 760 mmHg, perbedaan ke 64.735 mmHg bukankah cukup besar? Tekanan yang besar ini akan mengalir dari luar kapal selam ke tubuh kita (saat pintu dibuka dan awak keluar dari kapal).
Jika kapal selam yang terbuat dari baja saja bisa hancur lebur, apakah tubuh manusia ini akan baik-baik saja?” jelas Khusnul.
Jawabannya tentu tidak. Khusnul menambahkan, setelah pembuluh darah pecah, organ-organ tubuh lain akan mengerut karena tidak mendapatkan pasokan darah seperti normalnya. Gendang telinga akan pecah, begitu pula dengan paru-paru, jantung, dan lainnya. Jika ini terjadi, tentu manusia mana pun tak bisa bertahan hidup.
Lebih lanjut, berenang di laut dengan kedalaman 838 meter juga tidak semudah yang kamu bayangkan. Tubuh akan terasa berat seperti ditindas oleh beban belasan ton atau setara dengan 10 mobil bersamaan. Akan sangat sulit untuk bergerak dalam kondisi itu.
Jawabannya tentu tidak. Khusnul menambahkan, setelah pembuluh darah pecah, organ-organ tubuh lain akan mengerut karena tidak mendapatkan pasokan darah seperti normalnya. Gendang telinga akan pecah, begitu pula dengan paru-paru, jantung, dan lainnya. Jika ini terjadi, tentu manusia mana pun tak bisa bertahan hidup.
Lebih lanjut, berenang di laut dengan kedalaman 838 meter juga tidak semudah yang kamu bayangkan. Tubuh akan terasa berat seperti ditindas oleh beban belasan ton atau setara dengan 10 mobil bersamaan. Akan sangat sulit untuk bergerak dalam kondisi itu.
5. Jadi, berenang keluar dari kapal selam cukup mustahil untuk dilakukan, dalam kasus KRI Nanggala-402
Jadi, bisa disimpulkan pada kasus KRI Nanggala-402, berenang keluar untuk menyelamatkan diri tidak semudah yang terlihat. Sebab kapal tersebut berada di kedalaman 838 meter yang benar-benar tidak aman untuk tubuh kita. Bahkan menurut laman Deep Blue Diving, penyelam profesional hanya diperbolehkan masuk hingga ke kedalaman 30 meter.
Hal ini pula yang mendasari kenapa ikan yang tinggal di setiap kedalaman air berbeda-beda. Tidak semua makhluk bisa bertahan hidup di lingkungan dengan tekanan ekstrem tersebut, termasuk pula manusia.
Terakhir, selamat jalan untuk 53 awak KRI Nanggala-402 yang gugur saat melaksanakan tugas. Selamat berlayar menuju keabadian. Perjuanganmu demi tugas negara akan kita kenang.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.