Tenggelamnya KRI Nanggala 402

Kapal Selam KRI Nanggala 402 saat melaksanakan operasi di utara Pulau Sapudi mengalami kerusakan pada sistem Udara Tekanan Tinggi (UTT), sehingga kapal selam tidak dapat timbul ke permukaan. Sebagai upaya terakhir kapal selam melaksanakan peran peninggalan. Dengan kondisi ini, seluruh awak kapal selam melaksanakan free escape ke permukaan dengan menggunakan MK-10 melalui conning tower.

KRI Nanggala 402 yang tenggelam di perairan Utara Bali ditemukan di kedalaman 838 meter dengan kondisi kapal terbelah menjadi 3 bagian.

Upaya evakuasi badan kapal terus dilakukan, termasuk penyelidikan terkait penyebab tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402.

Salah satu dugaan yang sempat menjadi perhatian dalam proses pencarian adalah kapal yang mengalami kondisi blackout.

Bagaimana kondisi kapal selam terjadi blackout?

Blackout adalah sebuah kondisi ketika tegangan listrik di kapal hilang atau mati listrik, sehingga hanya lampu emergency yang menyala di dalamnya.

Dalam kondisi blackout, bagian belakang atau buritan kapal turun sampai kemiringan 45 derajat atau lebih, dan kapan akan merosot kedasar laut sampai dengan 90 meter dengan waktu tidak sampai 10 detik.

Danseskoal Laksana Muda TNI Iwan Isnurwanto menyatakan

“Apa masalahnya? Ada fuse yang putus, padahal kita enggak tahu fuse itu di mana. Tapi karena kecanggihan KKM pada saat ini, langsung bisa ketahuan dan langsung bisa diperbaiki. Alhamdulillah saat itulah,” ungkapnya dalam konferensi pers, Selasa (27/4/2021).

Hingga kini, skenario evakuasi KRI Nanggala 402 masih terus diupayakan. Pemerintah Indonesia akan bekerja sama dengan internasional Sub Marine Rescue and Liaison Office (ISMERLO) untuk proses pengangkatan badan kapan selam KRI Nanggala 402.


Terbit

dalam

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan