DIHANTAM OMBAK DAN DIGERTAK ANAK GUNUNG KRAKATAU
Dalam tiga trip gue yang terakhir, gue hanya berputar-putar di sekitaran Selat Sunda atau perbatasan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa. Tahun lalu gue telah mendatangi Pulau Pahawang dan Ujung Kulon yang menginap di Pulau Peucang. Memang sudah gue targetkan, sebelum gue trip ke tempat-tempat seru lainnya, gue mau eksplor terlebih dahulu disekitaran Selat Sunda
Nah,, untuk trip kali ini gue memilih ke Anak Gunung Krakatau. Tidak seperti trip sebelumnya, kali ini gue trip bareng dengan sembilan orang teman kantor gue. Salah satu diantaranya adalah orang yang biasa trip bareng gue, baik waktu gue ke Pahawang maupun ke Ujung Kulon. Sebenarnya kawan gue ini sudah pernah ke spot-spot yang gue sebutin tadi.
Seperti biasa, trip gue adalah trip singkat yang hanya mengambil waktu di liburan weekend saja, so memang harus mengambil tempat-tempat yang dekat dengan Jakarta dan dapat dijangkau dalam beberapa jam perjalanan saja.
Jumat, tanggal 17 Februari 2017, kita berangkat dari kantor dengan dimulai sedikit drama. Kesepakatan yang awalnya akan berangkat jam 17.00 WIB, akhirnya molor ke jam 19.00 WIB. Namun yang paling drama adalah ternyata bus dari Terminal Pulo Gadung menuju Merak sudah tidak ada, telah dialihkan ke terminal Pulo Gebang, akhirnya ditengah kemacetan hari jumat, kami memutar arah menuju terminal Kampung Rambutan.
Jam 10 malam kami berangkat dari Terminal Kampung Rambutan, kebiasaan bus-bus di Indonesia yang suka ngetem sembarang membuat jadwal kami molor, dan akhirnya kami tiba di Merak jam 2 pagi. Sebagian besar peserta dari Trip yang lain sudah berangkat terlebih dahulu menyeberang ke Bakauheni. Setengah 3 pagi akhirnya kami berangkat menuju Pelabuhan Bakauheni.
Tiga jam kemudian, kami tiba di Bakauheni. Dari sana kami naik angkot berdesak-desakan menuju Pelabuhan Canti Kalianda. Perjalanan memakan waktu kurang lebih satu setelah jam. Pukul 6.30 WIB, akhirnya kami tiba di Pelabuhan Canti Kalianda Lampung. Peserta trip yang telah berangkat duluan sudah berkumpul di sana. Mungkin hanya rombongan kami yang ditunggu oleh mereka.
Tak berapa lama kapal kayu yang mengangkut kurang lebih 30 orang peserta trip berangkat dengan hembusan angin sepoi-sepoi. Udara cukup cerah dan matahari bersinar terik. Kami memilih duduk di atas kapal menikmati kesejukan angin laut, walaupun sinar matahari tidak begitu ramah bagi kulit kami yang hitam kusam.
Satu jam mengarungi lautan, kami berhenti di sebuah spot, yang gue lupa namanya. Di sana kami snorkeling. Gue yang tidak bisa berenang lagi-lagi harus tabah dan sabar menikmati dari atas kapal, sambil memandang bule-bule berenang ke sana kemari. Hahaha
Setelah snorkeling kurang lebih 2 jam. Kapal pun kembali berangkat menuju Pulau Sebesi. Di sana lah tempat kami menginap. Jam 12 Siang kami telah bersandar di dermaga Pulau Sebesi. Pulau Sebesi ini bukan lah pulau Kosong, di sini terdapat 8 perkampungan penduduk dan ada dua tempat penginapan, yang satu dikelola oleh pribadi, dan satu lagi milik pemerintah. Menurut catatan sejarah, ketika letusan gunung Krakatau tahun 1883, tak kurang dari 3000 jiwa penduduk pulau Sebesi, tewas terkena letusan gunung Krakatau. Jadi kemungkinannya penduduk yang sekarang adalah keturunan dari sisa-sisa penduduk yang berhasil selamat, atau mungkin orang-orang pendatang yang memilih untuk tinggal dan bermukim di pulau ini.
Setelah bersih-bersih, kami pun menikmati makan siang dengan menu sederhana namun menjadi nikmat karena lapar dan pemandangan yang disuguhkan. Para peserta dibagi menjadi pria dan wanita. Masing-masing mendapatkan sebuah barak untuk tidur. Kami akhirnya mengupgrade penginapan dan menyewa sebuah resort yang dilengkapi dengan AC dan kipas angin. Kami berdelapan akhirnya tidur di sana. Perlu diketahui pula, sumber tenaga listrik di pulau ini berasal dari mesin diesel, sehingga listrik hanya menyala dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi.
Habis makan siang, semua peserta mempunyai acara bebas. Ada yang tidur siang, ada yang berenang di pantai, ada yang nongkrong di warung milik penduduk. Gue lebih memilih untuk memancing di dermaga bersama beberapa anak-anak nelayan. Namun cuaca yang cukup panas membuat ku meyerah dan beristirahat di gazebo yang berada di pinggir pantai.
Gambar : Pulau Umang-Umang
Jam 4 sore, kami berangkat menuju Pulau Umang-Umang yang tidak jauh dari Pulau Sebesi. Di sana kami akan menghabiskan waktu hingga matahari terbenam. Di pulau Umang-Umang ini tidak ada penduduk, pantainya cukup bersih dan di beberapa bagian pantai terdapat batu-batu besar nan eksotik. Meskipun namanya Pulau Umang-Umang jangan harap bertemu dengan hewan Umang-Umang (Kelomang) di Pulau ini.
Hari mulai gelap, dan kami kembali ke Pulau Sebesi untuk bersih-bersih dan makan malam. Setelah makan malam, acara dilanjutkan dengan barbeque dan api unggun. Udara di Pulau ini cukup panas dan kering.
Keesokan paginya, sekitar jam 4 pagi, kami dibangunkan untuk berangkat menuju spot utama, yaitu Pulau Anak Gunung Krakatau. Dalam kondisi mengantuk semua peserta akhirnya tertidur kembali di dalam kapal. Gue sendiri tidak tahu tidur berapa lama, ketika bangun, kapal hampir merapat ke pantai. Di luar hujan turun cukup deras, sehingga kami tidak dapat menyaksikan sunrise di sana.
Baru saja menginjakkan kaki di pantai, tiba-tiba terdengar suara seperti letusan meriam. Menurut petugas yang berjaga di sana, saat ini Anak Gunung Krakatau lagi aktif, namun masih dalam kondisi aman. Namun kami hanya diperbolehkan mendekati sejauh batas vegetasi. Lewat dari situ tidak boleh. Setelah berjalan kaki kurang lebih 15 menit, kami sampai di batas vegetasi, di depan sana Anak Gunung Krakatau sesekali menyemburkan lahar dan asap tebal.
Hati gue tergetar melihat sisa-sisa ledakan maha dasyat gunung Krakatau tahun 1883 yang telah menewaskan 36.417 jiwa dengan jarak letusan mencapai 160 km, dan abu vulkaniknya mencapai Australia.
Tak lama kemudian, kami diminta turun. Di pantai, kami menikmati sarapan pagi yang sederhana. Setelah selesai makan, tiba-tiba hujan kembali turun dengan sangat deras. Kami semua basah kuyup. Angin bertiup cukup kencang. Ombak semakin tinggi, dan kami harus kembali ke kapal. (DIHANTAM OMBAK DAN DIGERTAK ANAK GUNUNG KRAKATAU)
Rencana awal kami akan mengunjungi spot snorkeling yang terakhir. Di perjalanan kami dihantam ombak, yang bagi gue pribadi cukup besar. Ada beberapa kepanikan diantara wajah peserta, namun gue melihat bahwa para ABK masih santai, sehingga gue sedikit tenang. Beberapa orang mulai terserang mabok laut. Gue putuskan untuk kembali tidur.
Hari sudah siang saat kami tiba di Pulau Sebesi. Sangat aneh memang, cuaca di pulau Sebesi sangat cerah dan panas. Padahal dalam perjalanan dari Anak Gunung Krakatau kami dihajar oleh hujan ombak. Tapi itu lah alam, siapa yang dapat melawan dan memprediksinya.
Akhirnya kami memilih menghabiskan trip di Pulau Sebesi. Sebagian ada yang bermain kano di pantai, sebagian lagi ada yang hanya duduk bersantai di bawah pohon. Jam 14.00 WIB kami kembali ke Pelabuhan Canti Kalianda. Matahari menyengat, gue kembali tertidur. Menjelang sore gue terbangun dan naik ke atap kapal. Pelabuhan Canti Kalianda sudah dekat. Di atas gue mendapat cerita yang cukup menyeramkan, ternyata perjalanan kami ke Anak Gunung Krakatau sempat ada masalah. Pagi hari kami sempat tersesat ketika menuju Anak Gunung Krakatau karena kabut yang tebal. Begitu juga ketika kami kembali dari sana, saat kapal di hantam ombak, Kapal hampir tersejebak di pusaran air. Untungnya semua dapat dikendalikan tanpa ada korban.
Bagi gue perjalanan kali ini cukup menengangkan meskipun spotnya tidak terlalu banyak. Gue mendapat kesempatan melihat semburan Anak Gunung Krakatau, yang katanya terakhir kali mengeluarkan semburan yaitu tahun 2012 sekitar 5 tahun yang lalu. Gue gak pernah tahu, apakah alam tidak mengijinkan trip kami kali ini, namun bagi gue, melihat semua keindahan ini, gue semakin mencintai Indonesia dan siap berpetualan dalam trip-trip selanjutnya.
Sekian tentang DIHANTAM OMBAK DAN DIGERTAK ANAK GUNUNG KRAKATAU.
Terima kasih.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.